Sewaktu di Belanda, teman saya bercerita soal pengalamannya di kampus. Dia menggunakan lift kampus untuk naik dari lantai satu ke dua. Kebetulan didalamnya ada seorang dosen kami (my opa! :D) yang bisa berbahasa Indonesia. Ketika opa melihat teman saya ini cuma naik 1 lantai, dia cuma berkata, "Kamu naik lift untuk naik ke lantai 2?". Teman saya pun tersenyum kehilangan kata-kata dan mengangguk. Segera keluar begitu pintu lift terbuka.
Kisah lain, sudah mafhum buat kami yang seringkali bolak-balik ke Aceh ini, bahwa sulit sekali mengadakan training di Aceh selama bulan puasa. Jangankan bulan puasa, bulan biasa saja sulit. Adalah suatu prestasi yang besar bila kami berhasil mempertahankan jumlah peserta hingga training usai. Itupun umumnya cuma sampai jam 5. Yang seringkali terjadi, peserta minta training dipercepat, dan kita harus agak sedikit licik untuk tidak memenuhi permintaan mereka itu.
Di beberapa tempat, terutama Aceh, ada beberapa ritual yang harus dilakukan. Umumnya seminggu sebelum puasa dan seminggu setelah puasa. Disinilah pengaruh adat dalam memberi warna pada pelaksanaan ritual agama terjadi. Sebagai "orang luar" tentunya kita harus mengerti dan sadar mengenai tradisi-tradisi lokal setempat.
Dan sudah mafhum juga bila beberapa bulan menjelang ramadhan, semua hotel yang biasa digunakan untuk pelaksanaan acara sudah penuh di-booking. Semua instansi dan organisasi agaknya "sepakat" untuk tidak mengadakan acara formal apapun selama bulan ramadhan. Alasannya lebih pada karena bulan puasa menurunkan produktivitas kerja sehingga melaksanakan kegiatan di bulan puasa bukan saja tidak efektif namun juga pasti diprotes orang banyak :) Tapi pertanyaannya adalah, apakah bulan puasa selalu harus dijadikan alasan untuk tidak produktif? Lantas, bagaimana kebijakan yang bisa diterapkan agar selama bulan puasa kita tetap bisa produktif?
Ramadhan Produktif
Mungkin ini berkah bulan ramadhan, alhamdulillah bulan ini kegiatan sedang banyak-banyaknya. Saya menamainya, bulan yang sinting jilid II :-) Saking sintingnya, meski tindakan pencegahan agar jadwal di bulan puasa bisa lebih longgar sudah dilakukan, namun masih ada rangkaian kegiatan yang terpaksa dilakukan pada bulan puasa. Kalau kegiatannya buat kita-kita saja tidak masalah, namun karena obyek dari kegiatan justru orang lain, ini yang jadi masalah. Minggu ini, ada serangkaian kegiatan dari senin hingga jum'at, full dari pagi hingga sore. Itupun sudah didiskon dari jam 10 pagi hingga 5 sore. Inipun saya sudah dibilang "dzolim" karena membiarkan orang mengikuti kegiatan dari jam 10 sampai 5.
Segala sesuatu memang tergantung cara pandang. Mari kita coba ganti kacamatanya, jadi kacamata kuda (toh kuda lambang hewan kuat dan hewan pekerja, hehe..). Bulan puasa, adalah bulan yang sangat produktif, baik untuk urusan pekerjaan dan ibadah. Bayangkan saja, tengah malam sudah bangun sambil ngucek-ngucek mata menyiapkan makanan sahur dengan sebelumnya bertahajud bila sempat, makan makanan yang sehat dan bergizi (menjaga kesehatan adalah sebagian dari iman :D), menunggu beduk shubuh sambil fesbuk-an atau mengerjakan hal yang lain, sholat shubuh, baca qur'an sebentar kalau lagi mood, beres-beres rumah dan berangkat kerja! Itu baru pagi hari.
Di kantor? Berkah ramadhan kali ini membuat perhatian terfokus pada pekerjaan. Di hari yang biasa pun, seringkali makan dan minum terlupakan bila pekerjaan datang tanpa henti (hayo sapa tuh, ngakuuu..!!! :D). Di bulan puasa ini, karena kita sudah sahur dan minum air putih berbotol-botol (tapi kemudian pipis terus jadi impas dong ya? hehe..), persoalan sakit karena kurang gizi, dehidrasi, ginjal dsb insha Allah tidak terjadi.
belum kelar.. dilanjut nanti ajah.. mau berangkat ke kantor :)
No comments:
Post a Comment