Showing posts with label personal. Show all posts
Showing posts with label personal. Show all posts

Friday, September 11, 2009

Ramadhan 09: Tanggal Tua by Max the Rabbit

Tentang Max the Rabbit

Max the Rabbit adalah band rahasia (secret band) pertama di dunia. Secret band adalah konsep baru di mana para musisi yang bermain menyebarkan musiknya melalui berbagai media elektronik, dengan terus konsisten menolak ketenaran walau lagu-lagunya ciamik dan menggetarkan belantika musik dunia.

Waktu pembentukan band Max The Rabbit dirahasiakan begitu juga dengan nama-nama personelnya. Banyak dugaan bahwa Max The Rabbit membuat karya musiknya melalui metode metafisik lintas dimensi dengan menghadirkan arwah John Lennon dan Bruce Lee melalui medium tubuh para personelnya

Di bawah ini adalah lagu mereka, tanggal tua


English Version

About Max the Rabbit
Max the Rabbit is the first secret band in the world. Secret band is a new concept in the music industry whereas the musicians publicize their music through various electronic medias, and they are continuously resisting their fame, although their songs rock the music world.

The players of the band are all anonymous, as well as the date of their establishment. It is suspected that Max the Rabbit produce their songs using a unique method, a cross-dimension metaphysic by calling the spirits of John Lennon and Bruce Lee through their personnel's body.

Below is one of their songs, tanggal tua



Tanggal Tua
by Max The Rabbit

http://www.imeem.com/people/sRjvrZb/music/Kbxl0yTB/max-the-rabbit-tanggaltua/


Hari ini ngajak makan
Di Cafe dan di restoran
Ooooo mending minggu depan

Hari ini ngajak clubbing
Karaoke billiard bowling
Oooooooo kagak penting

Maklum sekarang tanggal tua
Tapi hati tetap ceria

Hari gini ngajak nonton
Bintangnya sylverster stallone
Ooooo mending nonton jojon

Maklum sekarang tanggal tua
Tapi hati ceria

Enak makan, kalau gue udeh gajian
Jalan jalan, kalau gue udeh gajian
Kalau gue udeh gajian

Hari ini ngajak clubbing
Karaoke billiard bowling
Oooooooo kagak penting

Maklum sekarang tanggal tua
Tapi hati tetap ceria

Enak makan, kalau gue udeh gajian
Jalan jalan, kalau gue udeh gajian
Kalau gue udeh gajian
Sekarang duit tinggal ceban
Tolong dong cariin pinjeman
Tolong dong cariin pinjeman
Tolong dong cariin…

Monday, April 20, 2009

The Privacy Invaders

Wikipedia defines privacy as:

Privacy is the ability of an individual or group to seclude themselves or information about themselves and thereby reveal themselves selectively. The boundaries and content of what is considered private differ among cultures and individuals, but share basic common themes. Privacy is sometimes related to anonymity, the wish to remain unnoticed or unidentified in the public realm. When something is private to a person, it usually means there is something within them that is considered inherently special or personally sensitive. The degree to which private information is exposed therefore depends on how the public will receive this information, which differs between places and over time. Privacy can be seen as an aspect of security — one in which trade-offs between the interests of one group and another can become particularly clear.

The concept of privacy is most often associated with Western culture, English and North American in particular. According to some researchers, the concept of privacy sets Anglo-American culture apart even from other Western European cultures such as French or Italian.[1] The concept is not universal and remained virtually unknown in some cultures until recent times. A word "privacy" is usually regarded as untranslatable[2] by linguists. Many languages lack a specific word for "privacy". Such languages either use a complex description to translate the term (such as Russian "Неприкосновенность частной жизни") or borrow English "privacy" (as Indonesian "Privasi" or Italian "la privacy")[2].

Blog is a place where people share stories. It could be their own stories, this is when blog is our own online journal. Or, it could be other's people stories. We tell other people stories in our blog. Some do it by hiding the subject's real identities, creating imaginary or symbolic names, some just totally reveal their identities, probably accompany by all those swearing and nasty words. This is when our blog is our own personal trash can. You can throw anything in it, and you can even throw it to your most hated person.

We tell other people's stories for different reasons. The noblest one is probably to share the lesson learnt from their experiences. The shallowest one of course, when you do it for your own personal revenge plan. While there others who make their real life (including people surround them) into one big smashing hits novel :), which then, someone is making a movie out of it. Raditya the "kambing jantan" and andrea hirata with his tetralogy are only the samples. Despite the funny and touchy parts of their stories, have you ever wonder about Raditya's girlfriend (they broke up now) or A Ling's --andrea's first love crush-- or Andrea's girlfriend (forgot the name of the girl)? I mean, do you really want your ex-boyfriend telling stories about you two together, both in a novel and movie (and let's also count the infotainment too)?

We call it "privacy" because for some reasons, we would like keep it from the public realm. I always have questions and dilemmas whether I should bring other's people stories or not in this blog, in order to respect their privacy. Even, if they did some shittiest thing upon me. I did bring up those two bitches (should have brought up the third and the bitchiest :P) and then, erased them for good. At first, I didn't want to bring them up, until Tita asked me too, since they are the most important thing ever happened, hehe. But then again, I decided to erase them.

And I did make some stories, true stories, which involve other people's, but I tagged them. I think it is the question of ethical that you should let them know that you're writing about them.

Have I ever been brought up to other people's blog? Yes, couple times. A friend told me that she wrote my experience but of course, she made fake names to hide my identity. There is one article which I didn't know I was part of it. And to be honest, I found the subject to be "sensitive". Something that I don't even want to talk about.

I wanted to tell that person to delete it, but I guess that person has the rights to tell it. And that person seems a kind of person that tells other people's stories in blogs anyway. For whatever reasons, just assumes that person uploaded it for a good reason :) Thank God, that person spared my name. It's funny, though.. to see other people's perspectives about yourself. Probably, I'd write about that subject. It is now a public material anyway.

Privacy invaders? Well, I am a privacy invaders. People who can read beyond what a normal eyes see, are automatically privacy invaders. But that is totally different issues hehe..


Thursday, April 16, 2009

Me, Tita & Porky



Namanya Porky, si boneka babi berwarna pink. Dibeli tahun 2005, sebelum ke Belanda, dari Ole. Seketika dijadikan obyek foto dengan berbagai macam pose, tentu saja. Sayangnya, hanya dua foto ini yang tersisa, thanks to dek Iphe. Foto-foto dengan porky harus lenyap bersamaan dengan hp lama yang tiba-tiba mati total.

Keberadaan porky sekarang? Tadinya ada di rumah. Tapi karena si gemblung suka sekali dengan boneka ini hingga dijadikan teman tidur tiap malam dan si porky jadi "bau laki-laki gemblung", maka diselamatkanlah oleh mbak helly. Bersama-sama dengan boneka teddy bear yang berwarna coklat, beli di scheveningen sebagai bentuk charity untuk anak-anak yang terkena penyakit kanker. Cuma sayangnya, status mereka berdua sekarang MIA (missing in action). Entah disembunyikan dimana keduanya oleh mbak Helly. 

Porky adalah koleksi pertama boneka atau pajangan berbentuk babi, mulai dari boneka babi dari kayu (dari Endah, oleh-oleh dari Prague), boneka babi berdaun irlandia (dari Avi, oleh-oleh juga), pasukan babi-babi mungil dari kaca bening (dari Kay, oleh-oleh dari Cina), dan celengan babi dengan corak keramik khas Belanda (yang ini beli sendiri di Volendam, tapi entah dimana sekarang).


 

Tuesday, April 14, 2009

On Sorry

It’s sad, so sad
It’s a sad, sad situation
And it’s getting more and more absurd
It’s sad, so sad
Why can’t we talk it over
Oh it seems to me
That sorry seems to be the hardest word
(Elton John).

Buat sebagian orang, kata maaf menjadi satu kata yg sulit untuk diucapkan. Entah teman, pacar, orang tua yang enggan meminta maaf pada anaknya, dan bahkan Pemerintah. Ya, adalah sangat tidak masuk akal ketika Parlemen Belanda memutuskan untuk menolak permohonan seorang wakil negara Indonesia untuk sebuah permohonan maaf karena telah menjajah rakyat Indonesia selama beratus-ratus tahun. Atau dalam film Civil Action-nya John Travolta, yang bercerita tentang sebuah perusahaan yang membuang limbahnya sembarangan dan melukai pemuda-pemudi setempat, namun menolak untuk sekedar mengucap kata maaf dan memilih untuk memberikan ‘uang damai’ sebesar 8 juta dollar, atau sekitar 375ribu dollar (setelah dipotong biaya pengacara, biaya perkara dll) per orang untuk anak-anak mereka yang meninggal jadi korban. I mean, how do they sleep? How do they forgive themselves? Or maybe they don’t feel guilty at all.

In personal sphere, if you still have consciouness, to ask forgiveness is to forgive yourself. Untuk mengucap kata ‘maaf’ adalah bagian dari proses untuk memaafkan diri sendiri, yang telah melukai orang lain.

Tapi, ternyata persoalan tidak semudah itu. Pertanyaannya kemudian adalah, sampai sejauhmanakah kata maaf dianggap sudah cukup? Cukupkah kata maaf ketika perbuatan tersebut sudah mengakibatkan kerugian material maupun immaterial bagi orang lain? For some people, in some cases, maybe ’sorry’ would not be enough… to compesate. Otherwise, we wouldn’t have any legal action to deal with it, right? :-)

Terlebih ketika bagi sebagian orang, kata maaf menjadi satu kata yg mudah untuk diucapkan. Just say "Sorry" and the problem is considered solved. The person who said sorry is considered has redemption for any actions he/she may caused. And then, case closed. But, is it? Accepting other person's apology is one thing, restoring things to normal before it was impaired by his/her doing is a totally different thing. You probably would look at him/her in totally different perspective. Like a song from the Corrs, you are forgiven, but not forgotten. People may say it is already forgotten, but perhaps there is levels or degrees of forgetting something or someone that they don't aware of . Sometimes, you unconsiously make a note and keep it somewhere within you.

Another option is, to talk over, including between you and yourself. So, ’sorry’ is something to negotiate. Something that we  have to compromise. Something to be agreed and deal with.  But in personal sphere, it doesn’t always work that easy. Kadang-kadang, kita terpaksa harus ‘ikhlas’ menerima kata maaf, bahkan ketika perbuatan yang dihasilkan sudah menimbulkan kerugian… immaterial maupun material. And you wish that something would suddenly hit your head and take your memories away. Atau kita berharap, kita dikaruniai sifat pelupa.  You simply just want to forget it, by not necessarily talking about it.

Dan maaf, menjadi sebuah kata yg tidak saja sulit tapi juga penuh dilema :-) 

Yeah, sorry…


Wednesday, April 8, 2009

Home Sweet Home


What is home? A place where we experience independence, safety, privacy, and where we can dispense hospitality. The family is the true unit. Kerja keras terbayar sudah! This one is from us, for you, mommy!

Home Sweet Home

Mid pleasures and palaces though we may roam,
Be it ever so humble, there's no place like home;
A charm from the sky seems to hallow us there,
Which, seek through the world, is ne'er met with elsewhere.
Home, home, sweet, sweet home!
There's no place like home, oh, there's no place like home!

An exile from home, splendor dazzles in vain;
Oh, give me my lowly thatched cottage again!
The birds singing gayly, that come at my call --
Give me them -- and the peace of mind, dearer than all!
Home, home, sweet, sweet home!
There's no place like home, oh, there's no place like home!

I gaze on the moon as I tread the drear wild,
And feel that my mother now thinks of her child,
As she looks on that moon from our own cottage door
Thro' the woodbine, whose fragrance shall cheer me no more.
Home, home, sweet, sweet home!
There's no place like home, oh, there's no place like home!

How sweet 'tis to sit 'neath a fond father's smile,
And the caress of a mother to soothe and beguile!
Let others delight mid new pleasures to roam,
But give me, oh, give me, the pleasures of home.
Home, home, sweet, sweet home!
There's no place like home, oh, there's no place like home!

To thee I'll return, overburdened with care;
The heart's dearest solace will smile on me there;
No more from that cottage again will I roam;
Be it ever so humble, there's no place like home.
Home, home, sweet, sweet, home!
There's no place like home, oh, there's no place like home!

John Howard Payne

Wednesday, March 11, 2009

Nikmat Mana Lagi yang Kau Dustakan?

Waktu SMA, kita punya satu kegiatan ekstra kurikuler yang "wajib". Mengapa diberi tanda kutip, karena diwajibkan secara sosial, pengajian kelas! Saya ingat dulu, saya sering kabur dari pengajian kelas ini. Namun kemudian ketika masuk jurusan A3 (sosial) malah membuat satu wadah pengajian alternatif, buletin dakwah pengajian kelas (BDPK) Sosial. Ini proyek usil saya yang pertama. Usil karena buletin ini kami dirikan dengan dana yang diperoleh dari "memangkas" infaq jum'at (yang lagi-lagi merupakan paksaan sosial sumbangan kelas ke mushola sekolah). Selain itu, usil juga karena materi laporan utama pertamanya tentang pengajian kelas yang tidak laku dan sepi pengunjung hihihi. Soal harga, saya iseng juga memasang "infaq: seikhlasnya". Suatu bentuk protes terhadap infaq-infaq yang keliatannya meminta keikhlasan cuma tidak lebih dari paksaan sosial. Gaya penyampaiannya pun populer bin nge-pop. Buletinnya sukses besar, terbukti dari dukungan keuangan dari teman-teman yang menyumbang lebih dari modal fotokopi dan cara-cara kami ditiru oleh buletin resmi terbitan musholla hihihi...

Tapi, saya tidak mau cerita soal keusilan masa SMA. Benang merah ingatan yang melempar saya ke masa-masa penuh warna itu adalah doktrin-doktrin pengajian kelas, dakwah-dakwah di liqo (yang saya juga tidak tahan mengikutinya ini hehe..) yang rupanya tanpa sadar terpatri di kepala. Salah satunya, adalah satu ayat di Qur'an yang diulang-ulang. Nikmat mana lagi yang kau dustakan? Sesi soal nikmat. Satu sesi yang saya bisa terima, dibandingkan sesi-sesi tentang kebencian terhadap agama lain atau sesi-sesi tentang segala macam larangan, dosa dan azab dimana agama ditempatkan sebagai alat opresi dan wajah Tuhan ditampilkan sebagai Sang Maha Kejam, bukannya Yang Maha Pengasih.

Bicara soal nikmat, sama halnya bicara tentang seseorang yang sifat spesialnya baru kita sadari setelah dia tidak ada. Kita baru sadar betapa nikmatnya kesehatan yang diberikan, manakala sakit. Kita baru sadar betapa nikmatnya punya duit banyak, manakala ketika miskin. Ah, contohnya kok kaya gitu sih! :)

Saya baru merasakan betapa kondisi bisa mengunyah, menelan dan merasakan perut mencerna makanan itu hingga keluar melalui anus adalah suatu kenikmatan, manakala tubuh saya tidak mampu melakukan itu. Makan apapun, selalu dimuntahkan dalam bentuk yang persis ketika dikunyah. Saya coba nasi dan ikan, keluarnya demikian. Saya coba roti dan meses, keluarnya juga demikian. Seolah tidak menyerah untuk makan :), saya coba biskuit dengan teh hangat (ceritanya kaya makanan bayi hehe), saya muntahkan juga dalam bentuk persis seperti ketika masuk mulut. Nikmat kecil ini baru terasa setelah diberi obat dan akhirnya saya bisa mengunyah, menelan dan makanan itu diam di perut saya, diolah sampe keluar lewat anus. Menikmati perut yang kenyang ternyata hal yang luar biasa! Nikmat yang merasakan makanan masuk, "diam" diolah oleh lambung, kenyang.... Kita pun duduk dengan penuh rasa lega dan mungkin sambil mengelus-elus perut :)

Satu nikmat kecil yang baru terasa nilainya adalah menikmati udara yang semilir di sela-sela rambut hingga ke tengkuk, tanpa harus menjadi gatal-gatal karena itu. Ya, ini karena kebaikan tita yang menularkan penyakit menahunnya ke diriku. Mungkin ini namanya persahabatan bagai ke...pom..pong :D. Gatal-gatal. Alergi dingin. Dalam kondisi ini, tubuh merupakan termometer alami dimana setiap penurunan suhu sedikiiiiit saja, langsung menyebabkan gatal-gatal. Tubuh juga merupakan detektor hujan yang baik, karena biasanya 2-3 jam sebelum hujan, pasti serangan gatal-gatal itu muncul.

Terlepas dari segala "keuntungan" dari alergi dingin ini, sialnya, saya tidak bisa sembarangan menikmati semilir angin. Posisi kipas angin terpaksa harus diubah agar tidak langsung masuk ke kamar saya. Berenang adalah sesuatu yang sebaiknya tidak dulu dilakukan (apalagi dalam kondisi masih hujan). Mandi sore jadi sesuatu yang harus dilakukan lebih awal atau dengan memasak air panas terlebih dahulu (maklum, belum punya pemanas air :P). Ritual mandi pagi harus selalu diikuti oleh ritual minyak kayu putih dan bedak (dan bahkan jadi ritual ketika gatal-gatal menyerang). Jadi, rasa dingin-dingin enak ketika angin semilir memainkan rambut dan rasa dingin itu terasa di tengkuk, adalah suatu nikmat yang luar biasa! Kali ini saya sepakat dengan mbak-mbak akhwat di pengajian dulu, "Nikmat mana lagi yang kau dustakan?"

Monday, February 16, 2009

Valentine dan Solidaritas Antar Perempuan


14 February 2009. Hari sabtu. Malam minggu. Valentine. Sebagian orang mungkin tidak merayakan. Entah karena diharamkan atau memang tidak peduli. Sebagian orang merayakan valentine dengan caranya masing-masing. Romantic candle light dinner? Se-box coklat, setangkai bunga mawar merah dan secarik puisi? Datang bersama ke pasangan ke event-event valentine? Mencari sudut gelap di pelosok kota hanya untuk mojok berduaan? Posting kalimat atau tulisan cinta kiriman sang terkasih? Atau posting agak nyinyir soal valentine itu sendiri, kaya gue hehe..

Valentine kali ini, dihabiskan berdua sama tita. I know, for some of my friends, the fact that I'm spending a valentine with tita, worries them :-) But hey, kapan lagi dua makhluk muncrut bin gembyul bisa menghabiskan akhir pekan bersama-sama, mulai dari bangun tidur sampe tepar ngorok (dalam arti yang sebenarnya... tapi gue gak denger kok, ta..:P) karena kecapean? hihihi..

Valentine tahun ini didedikasikan untuk perempuan, utamanya solidaritas antar perempuan. Suatu hal yang saya rasa susah dibangun, bahkan di antara perempuan feminis sendiri. Yang nge-gosip orientasi seksual perempuan lain di belakang lah, yang merasa keilmuan dan pengetahuannya tentang feminismenya lebih jago lah, yang hobi mendamprat perempuan lain (padahal laki2nya yang suwek) lah, de el el.

Valentine kali ini hadir dalam dua peristiwa yang menyangkut dua isu perempuan yang berbeda. Yang pertama, pelatihan perancangan peraturan berperspektif gender di Aceh. Sebenarnya, pelatihan ini melanjutkan apa yang Bibip sudah mulai rintis. Saya hanya tinggal meneruskan saja. Pelatihannya sangat menarik karena cuma diikuti 6 orang, saya berkesempatan lebih membumikan metode MPM, dan topiknya tentang penyelesaian kasus perempuan korban konflik di Aceh. Yang saya suka dari pelatihan ini, kami membahas tuntas mulai dari mencoba keluar dari kebiasaan merancang peraturan --mengubah dari membenarkan yang biasa menjadi membiasakan yang benar-- sampai persoalan-persoalan strategi advokasi kepentingan perempuan, yang selalu saja dipertanyakan dan ditentang.

Yang kedua, program percontohan penguatan penyelesaian sengketa informal di 7 nagari di Sumatera-Barat. Program yang serupa juga akan dilaksanakan di NTB. Peran PSHK (dan LeIP) melanjutkan perjuangan teman-teman di daerah untuk advokasi di tingkat nasional. Sum-Bar yang terkenal dengan sistem matrilinealnya, rupanya tidak kuasa melawan dunia patriarki yang justru melemahkan peran perempuan, terutama bundo kanduang, dalam proses penyelesaian sengketa adat.

Di tengah dua kegiatan menarik inilah, saya merayakan valentine, bersama sahabat-sahabat saya, toni dan timun (ih, kompak deh pake huruf "t" hihihi). Perayaan valentine lengkap dengan aksesoris pelengkapnya. Di Aceh, nongkrong di ulee kareng dengan sanger hangat dan roti srikaya dengan obrolan santai teman-teman dari ACSTF, agung, toni dan dua "bule asia" dari UNIFEM. Di Padang, disuguhi pemandangan pantai di pesisir selatan Sumatera Barat, diapit pegunungan, di warung seorang nenek tua yang sedang menjemur pinang yang akan dijual dengan harga Rp. 3500/kilo. Di pedalaman Solok, dijamu di rumah seorang nenek-nenek bundo kanduang yang tomboy masih naik motor di umurnya yang mungkin sudah mendekati kepala 7 dan membuka tempat penitipan anak (termasuk untuk cucunya). Dan oh ya, diiringi ucapan selamat valentine juga dari mas har, selamat rahardjo, hihihi.... garing abis deh mas-mas Jawa satu ini :D.

Ucapan valentine ke pasangan? ah... kita terlalu terdoktrin untuk menyatakan perasaan secara langsung. Satu hal yang kami pelajari dari kearifan masyarakat Sumatera-Barat adalah kepandaiannya dalam berpantun. Mereka mungkin tidak mengenal bahasa minang untuk "I love You". Tapi mereka punya jutaan pantun dari pelbagai aspek dan gaya, untuk menyatakan perasaan... hehe.. Amboiiii seminggu tidak bersua rasanya bagai bulan merindukan bertemunya dengan matahari (wah, gerhana dong hehehe..).

Soal teori tentang cinta dan bercinta? Ah, silakan saja berteori soal cinta. Kali ini saya sepakat dengan ulum. Yang lebih enak, memang yang mengalir. Gak pake teori-teori gitu. Teori, menurut richard robison (supervisor saya dulu), sederhananya adalah cara manusia menjelaskan kekonteksannya. Membantunya memahami situasi. Kadang, teori dikeluarkan hanya untuk diri sendiri, sebagai pengarah. Belum tentu benar-benar dipahami, apalagi dilakoni. Dan seringkali jadi lubang jebakan bagi diri si penteori sendiri.

Sebagai contoh, beberapa feminis seringkali mendorong perempuan untuk mengambil kontrol terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya. Untuk memiliki otonomi terhadap dirinya dan menyadari seksualitasnya sebagai suatu kekuatan. Asumsinya, dengan cara begini perempuan bisa terbebaskan dari belenggu patriarki dan menjadi manusia yang otonom. Dan dalam hitungan ini, relasinya dengan laki-laki umumnya selalu jadi patokan, sejauh mana perempuan mampu menjadi manusia yang otonom itu. Mampukah perempuan mengatasi relasi yang tidak seimbang selama ini. Dari segi teori, memang indah. Mana ada teori yang tidak indah, kecuali dari makhluk yang nyinyir hehe..

Tapi ironisnya, perempuan suka terjebak dengan teorinya sendiri, hehe. Perempuan bisa (merasa sudah) menjadi makhluk yang otonom dan sekaligus (tanpa sadar masih) tergantung pada laki-laki. Lebih parahnya, bila solidaritas antar perempuan tidak mampu dibangun dan terjadilah apa yang teman saya, yang mengaku seorang feminis radikal, katakan, "selalu ada laki-laki di antara perempuan". Otonomi yang malah menempatkan laki-laki sebagai barang, yang harus diraih, dipertahankan mati-matian, dikerangkeng, dirantai (bila perlu) dan tentunya, tidak mengubah apapun di tingkat relasi. Keliatannya memang perempuan berkuasa (di atas laki-laki), tapi tentu harus menjadi monster dahulu. Tidak saja bagi laki-lakinya, bahkan melihat perempuan lain pun, yang sebenarnya juga berada dalam posisi yang sama sebagai korban, sebagai musuh... yang perlu dihajar, dengan cara yang jalang khas perempuan atau santun.

Tentu saja, dalam hal ini perempuan (yang tanpa sadar sudah berubah jadi monster tadi) tetaplah menjadi perempuan pada umumnya. Sumber energi. Sumber pemberi dan, ironisnya, penuntut cinta. Sebuah pertanyaan untuk cinta, menurut seno gumira, "apakah kau mencintaiku?" Sebuah, namun selalu ditanyakan tanpa henti hihihi.. Entah tidak dijawab-jawab atau tidak yakin-yakin.. Atau terjebak pada hubungan dimana dirinya tidak dihargai, tidak diakui eksistensinya sebagai pasangan, tidak memiliki relasi kekuasaan yang seimbang (maksudnya tidak terjajah atau sebaliknya, menjajah :P), tapi ya itu... sifat perempuannya yang selalu memberi dan menjadi energi dalam bercinta, membuatnya susah keluar dan bahkan menjadi monster, baik bagi si laki-laki maupun perempuan lain. Menciptakan ilusi bagi diri sendiri.

Perempuan memang harus otonom. Perempuan memang harus menjadi kuat. Perempuan memang harus menciptakan dunianya sendiri yang penuh kreativitas. Tapi memiliki otonomi terhadap diri sendiri dan menjadi kuat, bukan berarti menjadi monster, bukan? Jadi, valentine kali ini saya dedikasikan untuk solidaritas antar perempuan, untuk tidak lupa mencintai dirinya sendiri...

Monday, January 19, 2009

Tentang Twilight Saga

Pencapaian liburan tahun baru kemarin adalah menghabiskan 10 keping DVD dan buku ke-2 dan ke-3 dari serial twilight saga, new moon dan eclipse (edisi bahasa Indonesia). Buku ke-1nya, Twilight, malah belum baca karena sudah nonton filmnya. Buku ke-4nya terpaksa pesan di kinokuniya untuk edisi yang bahasa Inggris. Sebenarnya buku ini sudah lama terbit dan booming di US, jadi terhitung telaaaat. Apalagi dibandingkan ayu yang sudah khatam berkali-kali hehe..

Buku ini bercerita tentang kisah cinta dua remaja yang bertemu di pertengahan masa SMA. Isabella Swan, produk keluarga cerai yang pindah ke Forks untuk tinggal dengan ayahnya. Edward Cullen, satu-satunya bagian dari keluarga vampir vegetarian (hanya minum darah binatang) yang masih single. Di tengah-tengahnya ada Jacob (yup, di buku 2-3 jadi percintaan segitiga), sahabat bella dari suku Quilette, suku Indian di Forks yang punya sejarah panjang dengan keluarga Cullen (Carlisle-Esme, Rosalie-Emmet, Alice-Jasper dan Edward). Perjanjian antara Cullen dan Quilette adalah Cullen tidak boleh mengubah manusia menjadi vampir dan menarik garis perbatasan antar mereka. Sejarah Quillette juga membawa gen untuk bisa mengubah keturunannya menjadi serigala sebesar beruang yang tugasnya melindungi manusia yang ada di Forks dari serangan vampir. Bila bahaya vampir ini menguat, jumlah mereka yang awalnya hanya tiga orang pun bertambah.

Thursday, January 1, 2009

1 Januari 2009


1 Januari selalu kami rayakan. Bukan karena pergantian tahun masehi. Bukan karena mengikut arus sekitar yang merayakannya. Bukan karena kami senang meniup trompet. Karena 1 januari adalah ulang tahun mama. Tahun ini, mama berganti umur menjadi 73 tahun. Tua, ya? Orang tua yang pecicilan tidak bisa diam, masih kepingin ini itu sehingga diam-diam memakan coklat dua keping, es krim semangkok dan bakso dari abang-abang yang lewat hingga gulanya naik mencapai 530! Untung anaknya sudah kebal dan tidak hobi kagetan, so I guess I was cool in handling her.


For her kids, she's always been the uniquest person we ever known. Even for aki dan nini, also her sisters and brothers. For years, I've been trying to understand her. All her decisions, all her actions and those dramas, gosh, especially those dramas. And, I still can't understand her. I was at the point where I just accept her as she is. A unique person.


There are times that I feel I hate her so much (yes, i know.. karim told me --the non-english speaking person-- that "hate" is a strong word), but I can't hate her. I simply can't. It's not just because she is my mother so i owe her my life no matter what (kata ustadz sih gitu). But if I looked at her, especially during her sleep, I'm having a feeling... like a mommy watching her naughty girl sleeping. The way she sleeps, the way she hugs that guling, how her face looks innocent after what she is done which drive us all crazy.


I know that what happened between us is totally screw the general idea of mother-daughter relationship. I'm supposed to be the girl who always do the naughty things and drive my mom crazy. But with her, it's like the opposite. But still, I can't hate her.


Two reasons why I love her. I owe her my life when she was giving me birth (Yes, I listened to what those ustadz told us, I didn't fall asleep during their preaching :D). I was such a big baby. And she was getting old, too old to have a baby. She said it was an accident, forgot to take those birth-control pills and she was injected 16 times by the doctor during labour. The second reason is, she's my dad's wife. The light of his life. The person that i treasure the most in this life (halah...gombalnya keluar). I knew him for like, 6 years and 1 month (because he passed away exactly a month after my 6th birthday) but I'm taking him with me always. They said that a person is not really died. There's always a piece of him/her that is still with us. And he's one of that person to me. And through his unconditional love to her, is the way that I could understand her.


Apart from her hobby to make drama out of everything, she's a cool mom. The one who doesn't make too many rules. The one that told us to have fun in life. The one who initiatevely without being asked by her kids, gave us permission to date at the age of 12 (And ironically, I didn't date until I was 26 haha..). The one who basically, trusts her kids. The one who let us grow and be the person we want to be. The one who may not understand our world but since we're happy with ourselves and what we do, she simply loves and proud of us. And I could not imagine if she has a different character, the old, conventional and ordinary parents. Of course, among our cousins, we're a little bit weird for them. But I think, we're just turn out ok. I think, I've grown to be a decent woman. And she is part of it. So am glad that she could live this long. And I don't mind postponing my study plan, just for her. Happy birthday, mom!




Wednesday, December 31, 2008

Personal Kaleidoskop 2008


Hari ini tanggal 31 Desember 2008. Sebagai bagian dari latihan mengaktifkan sel-sel kelabu memoriku yang pelupa ini, baiklah kita mengingat-ingat apa saja yang terjadi selama setahun belakangan ini.

Kerjaan
Alhamdulillah, masih dipercaya menjadi Direktur Dokumentasi dan Informasi. Cuma, tahun ini Wiwid, pemred Jurnal Jentera, resign dan kami belum mendapatkan penggantinya. Ada beberapa perkembangan menarik. Pertama, tahun ini akhirnya berhasil memperoleh dana penerbitan sendiri, hasil dari kerja farli dan saya mengkompilasi peraturan perundang-undangan dan membantu rangkaian training panitera di padang, makassar dan jakarta. Kedua, kami membantu DPR menjadi bagian dari sebuah jaringan hukum yang katanya cukup prestisius, meskipun ada konflik di sana-sini (cuma, sikap kami tegas.. kami gak mau ikut2an urusan "politik", lempeng wae di urusan teknis). Ketiga, alhamdulillah dapet dana dari TAF untuk membeli buku perpustakaan. Sholikin dapet laptop (pinjeman) baru dari kantor.

Tahun ini juga adalah tahun "ban serep". Pertama, menggantikan ery sang dirop (direktur operasional -red) yang cuti sakit akibat back pain. Kedua, menggantikan erni sang dirprog (direktur program -red) yang cuti menikah dan menyelesaikan thesis. Saking seringnya menjadi ban serep, ery sampe becanda, mungkin perlu pasang iklan: "Anda butuh pengganti direktur sementara? Hubungi Herni, 0817 sekian sekian" :D.

Untuk eksplorasi pekerjaan, tahun ini program MJD yang diplesetkan menjadi Mudah-mudahan Jadi Dong :-) keliatannya sudah menghasilkan. Tepatnya, satu buku yang cukup tebal dijadikan bantal. Training panitera menghasilkan teman-teman baru di padang, makassar dan jakarta, belinda, yunita, ida, icha, sheila, bobby, panji, dida, pak rudi, pak erwan, ibu putu dll. Beberapa ide penelitian yang dulu sempat digagas alhamdulillah mulai terlaksana. Yang paling baru, penelitian kinerja DPRD di 9 wilayah.

Tahun ini juga penuh keanehan di beberapa program, soal interpretasi, faktor politik yang kental untuk kerjaan yang sebenarnya sangat teknis dan pekerjaan training assisstant yang harus disamarkan jadi translator. Ada juga yg mengecewakan. Kerjasama dengan CILC yang tadinya menyenangkan karena servaas, my dutch brother, yang memegang program itu akan datang ke Indonesia, eh servaasnya pindah ke Jerman. A part of me is sad, but a part of me is so happy to hear that he moves on with his life. He loves his wife so much that when she passed away, it seems impossible for him to live again. The only way I could think of is that to move to other place. So, it's good that he finally decided to start his life at a new place. So yes, am happy for him.

Last but not least, kerjaan di dua koalisi yang sedang hangat-hangatnya di tahun ini. Pertama, UU Pornografi yang penuh kontroversial, termasuk di dalam PSHK. Kedua, RUU Pelayanan Publik yang sampai sekarang belum disahkan DPR. Bikin lobby paper, talkshow, seminar, konferensi pers, lobby, dll.

Keluarga
Tahun ini, sakit diabetes mama makin parah. Obat gulanya termasuk obat yang paling keras, dosisnya pun dinaikkan dari 1mg menjadi 2 mg. Diminum 2x sehari, pagi dan sore. Belum lagi, ditambah dengan suntikan insulin di malam hari. Tipe insulin 24 jam, dosisnya berkisar antara 7-10ml, tergantung kadar gula di pagi hari. She once almost lost her sight, but after 4 times laser, obat ini obat itu, she finally could see. Text tv jadi patokannya hehe. And she can read qur'an again now, even still have to use the binocular. It's kind of cute, though.. watching her reading qur'an with kaca pembesar. But as always, I'm acting that her diabetis still can be managed. And always, always gives her reasons to live. That's how humans survive, right? Hope.

One big thing happened this year. I took a major commitment. A house! Yes, baby.. i finally keep my promise to buy us a house. Well, mas ade paid for most of the downpayment. I owe him around 44 mil. I don't how I'm going to pay it, but I'll pay it soon or later. He said that it's our house, but I intend to make it my house. So, although he's my brother, am going to pay him. But now, I need the money to buy the house stuffs, from teralis to kitchen set, from the bed to the stove. You name it. It's like I were marry or something, hehe. But hopefully, it's a place that we can always call... home.

Another big thing is mbak Helly went to UK for her Ph.D. Finally, she get a quite full scholaarship. I wish I could follow her step... but not know. Have to be a good girl, taking care of her mother. And that's totally fine with me.

Social Life
I took a guitar lesson at farabi. Took my first exam, actually. Hope I pass, am the oldest student there hahaha. Joined the fitness first, trying to be healthy and lose my weight. Went to US couple times, one for GLIN training, the other one is for NGS 18th. Become an US Embassy Agent, for the welcome back slank concert, hehe. Bagi-bagi tiket konser slank buat anak-anak Puri.

Made new friends and some old friends came to visit me. Mr. Brown came to visit, with Anthony, a blogger from Australia. Eka came to visit. We met in Palangkaraya, during Kay's wedding. Some of them changed their status: Maria is finally engaged and will going to get married in February 2009. Erni is married to Ardi, Cholil to Irma (finally!), and my others friends (sorry, totally forgot! :P).

Well, that's a short kaleidoskop for my personal life.

Thursday, December 4, 2008

Pendanaan Kampanye di US

Di sela-sela New Generation Seminar 18, saya sempat berbincang-bincang sedikit dengan Joe dan Jay mengenai pendanaan kampanye di US. Tentu saja, proses dan mekanismenya transparan dan akuntabel. Mereka harus melaporkan pemasukan dan pengeluaran sedetail mungkin. Yang menarik adalah, batasan maksimum sumbangan lebih rendah seiring dengan makin tingginya posisi jabatan publik yang hendak diraih. Jadi misalnya, untuk level state, batasan maksimum sumbangan lebih rendah dibanding untuk level county. Ini untuk menunjukkan semakin tinggi jabatan publik, semakin didukung oleh orang yang lebih banyak.

Dan kita tidak perlu menjadi aburizal bakrie dulu untuk sumbang sana-sumbang sini, hehe. Cukup dengan modal US $1 pun, kita bisa menyumbang. Dan kewajiban untuk mencatat dan melaporkannya sama jika kita menambahkan tiga nol dibelakangnya. Suatu konsep yang menarik, bukan?

New Generation Seminar 18: The Politics of Globalization



Akhir september hingga awal oktober lalu, saya dapat jekpot lebaran berupa undangan untuk mengikuti New Generation Seminar ke 18 yang diselenggarakan oleh East-West Centre. Acara ini merupakan pertemuan calon pemimpin muda dari "timur" dan "barat". Asia dan Amerika. Apa iya saya calon pemimpin muda Indonesia? Nah, itulah... kenapa saya bilang ini adalah jekpot hehe. Beberapa bulan lalu, Scott menawari aplikasi dan kebetulan saya diterima. Alhamdulillah, seberuntung itu :-)

Peserta seminar seharusnya terdiri dari 16 orang, namun 2 orang tidak bisa hadir. Peserta dari Amerika ada 4 orang. Jay Williams, walikota afrika-amerika pertama untuk kota kecil Youngstown di Ohio. Joe Dorman, state rep dari Oklahoma. Will Campos, councilmen dari District II Marlyand. Ketiganya demokrat. Dan Tim Moore, state rep dari North Carolina. Peserta dari Asia ada 10 orang, Maylin dari kantor presiden Philippines; Katherine dari CCTV China, Bonnie pendiri young leaders rountable dari Hongkong, Tipou ahli konstitusi dari Fiji Island; Amna dari Pakistan; Joey the baby kangaroo yang kerja di partai oposisi/demokrat di Thailand; Mr Brown direktur King Content dan salah satu blogger tertua (jaman kita belum ngeblog, dia udah mulai duluan hehehe); Asrif dari Pakistan; Ranga direktur eksekutif salah satu stasiun tv di srilanka; dan dev anggota parlemen di India. Sementara itu, koordinator dari East West Centre Ann dan Barbara.

Seminar dibagi menjadi dua bagian. Minggu pertama, presentasi dari para pakar di east west centre dan masing-masing dari kami sesuai topik seminar. Topik yang saya bawakan adalah the Indonesian Bankruptcy Reforms. It sort of fits the topic. Global Crisis. Globalization. Do you know that (pro-creditor) bankruptcy reforms has been one of the World Bank's agenda? It's one of the agenda for reform that has been spreading globally, started in Latin America in 1980s, European in 1990s and Asian in mid 1990s. And I guess I did my part quite well.

Presentasi yang lainnya, Amna tentang program pendidikan untuk anak perempuan di Pakistan, Asrif tentang peranan anak muda di Pakistan, Joey tentang konflik di Thailand, Mr. Brown yang bercerita tentang kiprahnya di dunia blogger yang sempat membuat senewen Pemerintah Singapura, Ranga juga tentang kiprah usilnya menyentil politikus melalui TV yang dikelolanya di Srilanka, May tentang kebijakan tenaga kerja di Filipina, Bonnie tentang kaum muda di Hongkong dan presentasi tentang Cina dan media dari Catherine serta kudeta dan konstitusi di Fiji dari Tipou. Sementara dari pihak teman Amerika kami, ada tentang kebijakan imigrasi di Amerika dari Will, Agroturis dari Joe, sistem politik di Amerika dari Tim dan Visi untuk mengembalikan kehidupan perekonomian di Youngstown dari Jay.

Selebihnya, kami habiskan waktu untuk menikmati kota honolulu, ke pantai waikiki, melihat tarian hula, mencicipi masakan lokal yang sekilas mirip dengan masakan di ternate :-), beli suvenir, makan malam bareng di outback, serta singgah di kantor obama dan mccain.

Bagian kedua dari seminar ini, kami berdiskusi dengan pelbagai macam orang dari pelbagai institusi sehingga kami pun berpindah-pindah tempat. Pertama, ke youngstown, melihat bagaimana kota ini berjuang menghadapi krisis. Kota yang tadinya makmur dari industri baja dan perlahan menurun kemudian berusaha bangkit lagi. Kami bertemu dengan pengusaha alat mekanik pertanian, keluarga petani, industriawan, dan para wakil kota di Youngstown untuk mendapatkan sejarah dan latar belakang krisis. Kami juga mengunjungi museum industri baja, bertamu dan menonton pertandingan football di Youngstown University. Sehari berikutnya kami habiskan di Cleveland, masih di negara federal yang sama, Ohio, namun kali ini adalah ibukotanya. Kami bertemu dengan salah satu senator yang semua orang berpendapat yang sama, senator yang sangat humanis.

Tiga hari berikutnya kami habiskan di Washington DC, dengan sebelumnya mampir di Minnesota dalam perjalanan transit pesawat, sekedar untuk sarapan dan melihat kotanya seribu danau itu sejenak, ditemani ayahnya Ann. Di washington kami bertemu dengan direktur East-West Centre, bertemu dengan beberapa institusi penting, melihat obama pidato di Senat, mencicipi kafe capitol di dekat gedung parlemen, mencobai tradisi marshmallow, dibakar-diletakan di atas biskuit, diberi coklat baru dimakan, serta mengunjungi landmarks. Beberapa hari terakhir, saya habiskan di Maryland, kediaman liliana and philipe, orang tua will. Sempat menikmati nongkrong di kafe sport melihat football game dengan 2 teman will yang lain, mengunjungi museum smithsonian, bertemu dengan mas dwi, mbak nina dan para krucilnya serta makan malam merayakan ulang tahun will di restoran favoritnya.

Thursday, June 19, 2008

Sebuah pertanyaan untuk demokrasi

Hari ini, ada pertanyaan cerdas dari mas dwi, moderator WM (wanita-muslimah@yahoogroups) untuk para kaum progresif demokrat pro-demokrasi. Apakah demokrasi membuka ruang bagi mereka yang anti-demokrasi?

Pertanyaan ini muncul bukan melihat persoalan besar demokrasi yang sedang dihadapi negara ini. Pertanyaan ini justru muncul, dari wilayah jagad maya yang sudah menjadi ruang publik tempat orang nongkrong, berkomunikasi, berjuang dan... berantem :-)

Demokrasi berdiri di atas prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi HAM, menghargai perbedaan dan percaya bahwa setiap orang punya selayaknya punya kebebasan (lengkap dengan segala dilemanya dan diskursus yang muncul dari semua istilah ini). Perbedaan adalah sesuatu yang perlu disadari dan dihargai. Perbedaan perlu disadari sebagai perbedaan antar kelompok dan intra kelompok. Perbedaan jangan dijadikan sesuatu yang menghasilkan perseteruan, konflik atau bahkan dijadikan dasar kekerasan. Perbedaan justru harus diterima dan digunakan demi keharmonisan, baik di wilayah privat, publik maupun pasar (demokrasi berjalin kelindan dengan pasar juga toh? hehehe...)

Tapi, apakah demokrasi membuka ruang bagi mereka yang anti-demokrasi?

Demokrasi percaya pada penghargaan antar sesama manusia. Penghargaan terhadap perbedaan pemahaman. Saling jaga, saling hormat antar mereka yang berbeda. Bukan sekedar untukmulah pemahamanmu dan untukkulah pemahamanku. Karena kalau hanya berpikir dan berlaku dengan prinsip seperti ini, seringkali akan menemukan jalan buntu. Demokrasi adalah bicara tentang menyamakan persepsi dan membuka alternatif-alternatif baru. Demokrasi percaya pada dialog dan menentang segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan yang membungkam dialog itu sendiri. Demokrasi percaya bahwa prinsip-prinsip demokrasi dapat diterima dengan suasana diskusi yang penuh kearifan. Demokrasi tidak selayaknya dibungkam, apalagi sekedar untuk alasan kenyamanan berdiskusi. Demokrasi adalah pilihan yang tak terelakan. Setidaknya untuk saat ini. Tapi, apakah hal yang sama juga mampu diterapkan oleh mereka yg pro-demokrasi terhadap mereka yang "anti-demokrasi"? Termasuk salah satunya, harga yang perlu dibayar adalah suasana ketidaknyamanan dari para penyerang demokrasi. That's the challenge. The biggest one, indeed :-)

Sunday, June 15, 2008

Sonet XVII Pablo Neruda

Minggu lalu, sepulang dari makassar (hehehe soal perjalanan ke makassar ini belum diceritain di blog ya), saya kembali dalam rutinitas weekend saya: membegokan diri dengan kepingan DVD :-) Temanya adalah: pelem-pelem NOSTALGILA. Ya, saya bernostalgila menonton film-film favorit saya yang sebenarnya sudah saya tonton. Dua film yang saya tonton adalah: little women dan patch adams.

Saya baru sadar, ada puisi yang maniiiiiss sekali yang dibacakan patch adams (robin williams) buat carin fisher, pacarnya di film itu... yang mati ditembak psikopat. Iseng saya cari di internet, rupanya itu adalah Sonet XVII Pablo Neruda.

I do not love you as if you were salt-rose, or topaz,
or the arrow of carnations the fire shoots off.
I love you as certain dark things are to be loved,
in secret, between the shadow and the soul.

I love you as the plant that never blooms
but carries in itself the light of hidden flowers;
thanks to your love a certain solid fragrance,
risen from the earth, lives darkly in my body.

I love you without knowing how, or when, or from where.
I love you straightforwardly, without complexities or pride;
so I love you because I know no other way than this:
where I does not exist, nor you,
so close that your hand on my chest is my hand,
so close that your eyes close as I fall asleep.

Saturday, May 24, 2008

Some people are simply.... nuts!

Kayanya saya perlu diruwat. Bukan untuk menghindari dari terkaman batara kala, tapi dari orang-orang sinting. Mungkin perlu diruwat beberapa kali, mengingat banyak orang sinting beredar di dunia ini huhuhu. Dan sialnya, saya selalu kena labrak para orang sinting. Atau mungkin ada chemistry yang dalam tubuh saya yang perlu diubah sehingga tidak bertemu dan kena labrak para orang sinting itu.

Bicara soal labrak-melabrak, pastinya tidak jauh dari aktivitas label-melabel. Satu hal yang saya gak suka karena menurut saya gak guna. Labels are always contested terms. Memang label seringkali merupakan pasangan nilai-nilai yang berlawanan. Misalnya, baik-bandel. Benar-salah. Liberal-konservatif. Progresif-kolot. Hitam-putih. Dan sebagainya. Saya bilang gak guna, karena seringkali ini hanya bisa dipolitisasi. Dan saya kira, kita tidak bisa dengan seceroboh dan secepat itu mengkotak-kotakan orang.

Coba saja lihat, perempuan baik-baik versus perempuan tidak baik. Tapi, baik versi siapa? Apakah baik pada saat itu, atau baik sebagai nilai "rata-rata"? Baik artifisial atau baik genuine? Yang seperti apa baik artifisial dan genuine itu? Sebelnya, orang kalau sudah melabrak dan melabeli, mereka cenderung membuat polarisasi. Garis batas antara kamu yang jahat dan dialah yang baik. Ah, apakah saya harus merespon dengan hal yang sama, bahwa sebaliknya, sayalah yang baik dan kamu yang jahat. Jadi, berhentilah melabeli dan melabrak karena itu tidak bijaksana dan tidak berguna. Apalagi, bila yang dilabrak adalah orang yang salah dan labrakannya itu tidak pada tempatnya.

Gosh, mungkin benar saya butuh diruwat.

Wednesday, March 19, 2008

Katakan dengan kartu!

Kartu ternyata bisa berfungsi sebagai alat komunikasi, untuk mengungkapkan isi hati. Seringkali, kartu digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang "positif" seperti penggalian cerita tentang diri sendiri, cita, mimpi-mimpi dan harapan. Namun kali ini, saya menggunakannya sebagai alat komunikasi mengungkapkan hal-hal yang "negatif", seperti keluhan dan kritikan-kritikan. Sejak lama, banyak kritikan dan keluhan dari para staff baik yang gamblang disuarakan maupun melalui bisik-bisik yang terdengar samar-samar. Sudah lama saya merasa tertantang untuk menggali dan mengelola kritik dan keluhan ini untuk perkembangan dan kemajuan lembaga. Saya gunakan kartu karena pengungkapan keluhan dan kritikan dengan cara yang "biasa" atau "normal" seringkali berujung pada kekesalan, saling salah-menyalahkan dan luapan emosi semata yang berpotensial untuk mengaburkan pokok bahasan. Jadi saya mencobanya dengan kartu.

Akhirnya, hari minggu 16 Maret yang lalu, saya mencoba menggunakan metode penyampaian dengan kartu untuk mengelola kritikan dan keluhan para staff. Seharian itu staff pendukung berkumpul di ruang diskusi perpustakaan hukum Daniel S. Lev. Peneliti yang hadir hanya saya dan Maryam. Saya hadir karena posisi struktural (sementara) dan Maryam saya undang untuk mengenalkan masalah-masalah kelembagaan kepada peneliti muda. Biar tidak hanya memikirkan penelitian dan kariernya semata, tapi juga punya kepedulian pada lembaga.

Saya memakai dua set kartu berisi gambar-gambar binatang. Pinjaman dari Erni (dasar fasilitator tak bermodal hehe). Kami duduk melingkar. Suasana dibuat cukup santai. Posisi pun dibiarkan bebas. Bisa sembari duduk, tiduran, senderan, berdiri atau yang lainnya. Saya sebarkan kartu-kartu bergambar binatang itu di hadapan kami membentuk lingkaran (meniru cara mbak budhsi vibran, hehe). Instruksinya adalah memilih kartu yang merepresentasikan masalah-masalah mereka, utamanya mengenai posisi mereka sebagai staff di PSHK. Mulanya sebagian belum memahami instruksi ini. Mungkin belum terbayang akan seperti apa jadinya. Tapi mereka mau mencoba.

Ada yang memilih satu, dua hingga tiga kartu. Sengaja saya bebaskan jumlah kartu yang bisa mereka pilih. Sebagian bingung memilih, sebagian langsung memilih dan sibuk merangkai kata-kata yang menjelaskan makna kartu yang mereka pilih. Lalu tibalah momen untuk saling berbagi menjelaskan kartu yang mereka pilih beserta maknanya. Berikut kartu-kartu yang mereka pilih (untuk keperluan menjaga identitas pribadi, sengaja tidak saya sebutkan namanya).

Kartu